Beberapa hari
yang lalu saya berhasil menciptakan sebuah film. Yah…secara teknis, saya memang
sutradaranya. Pengarang ceritanya juga saya. Namun saya belum yakin ada yang
mau memproduserinya.
Tetapi, terlebih
dahulu, ada satu informasi aneh yang harus saya beritahu, dan saya harap, anda
bisa mempercayai saya.
Ya, saya
benar-benar membuat sebuah film. SAYA MEMBUAT FILM DI DALAM MIMPI SAYA.
Yes, this is
real. And that was real, ketika pada malam itu saya tertidur pada sekitar jam
10.30, dan kemudian terbangun pada sekitar 12.30 dini hari, saya secara tak
sengaja (atau mungkin disengaja –saya kurang tahu pasti-) memimpikan sebuah
skenario film yang bergulir terus pada saat saya tidur selama sekitar 2 jam
tersebut! Saya tidak tahu ini apa. Saya belum pernah memimpikan sebuah film
sebelumnya.
TENTU SAJA saya
pernah bermimpi hal lain sebelumnya. Dan seperti yang kita ketahui, mimpi pun
mempunyai seting tempat, tokoh-tokoh, jangka waktu, bahkan dialog, yang
seperti sebuah film punyai. Tetapi itu bukan film. Mimpi saya kali ini, saya
benar-benar tahu bahwa ini adalah sebuah film…
Memang tidak ada
dialog detail ataupun urutan scene yang terarah, dan seperti biasa, kita pasti
tidak bisa mengingat mimpi kita secara 100%, bukan? Tetapi saya akan mencoba
mengingat dan membuatkan rancangannya…….ataupun sinopsisnya (saya tak mungkin
merancang naskah film secara detail di blog ini, kan). So, check it out.
JUDUL : "Sang
Penjual Buku"
>> Dari
judulnya sudah jelas bahwa ini kisah tentang seorang penjual buku. Awalnya saya
mau memberi judul “Martir” atau “Martyrs” dalam bahasa Inggris -karena film ini
mengusung isu tentang bunuh diri yang berlandaskan agama-, namun saya enggan
meniru judul horor Prancis yang berjudul sama.
JENIS :
Psychology Thriller
>> Triller
psikologis adalah genre yang jarang ada di perfilman Indonesia. Tidak ada
horor di film saya ini. Yang ada hanyalah percakapan. Dengan setting di dua
atau tiga tempat, film ini sudah dapat di buat. Dalam mimpi saya, film ini
ber-setting utama di sebuah mesjid. Bisa jadi ada tambahan tempat dengan
beberapa flashback scene ditambah opening dan closing scene. Dalam pikiran
saya, film ini bernuansa tenang dan redup, seperti yang dibawakan oleh Hanung
Bramantyo dalam "Ayat-Ayat Cinta" (2008) dan "Doa Yang Mengancam" (2008). Tapi tolong hilangkan
muka Aming dari pikiran anda.
SINOPSIS SINGKAT : Seorang pria (saya belum
memperkirakan namanya siapa) dan anak laki-lakinya (kemungkinan bernama Nurdin)
berkunjung ke sebuah mesjid bermaksud untuk menjual buku-buku religi kepada
orang-orang di mesjid. Sebagai muslim yang baik, mereka melakukan kewajiban
agamanya terlebih dahulu di mesjid tersebut. Setelah itu baru mereka mulai
menjual buku dan menjalankan rencana mereka.
>> Memang simpel. Pemeran utamanya hanya 2
orang ditambah beberapa pemeran pembantu.
PLOT : Pertama,
sang pria dan sang anak akan beribadah dengan khusyuk , kemudian sang pria akan
banyak berdebat dengan orang-orang di mesjid, baik mengenai penafsiran agama,
sosiologi, politik. Beberapa orang akan mulai curiga terhadap mereka berdua.
Dalam keadaan terdesak, pria tersebut menjadi temperamental, keadaan mulai
sedikit kacau, dan ia mulai berpikir keras untuk menjalankan rencana mereka
untuk meledakkan mesjid tersebut.
>> Plot di atas tidak bertema terorisme. Ini hanya percakapan beberapa orang di mesjid. Akan ada persinggungan kepentingan dengan sang anak. Dan akan ada dialog keren seperti ini: "INGAT! Saya tidak perlu kau untuk membeli bukuku. Saya tidak perlu uangmu! I'm not that kind of moslem!"
PEMERAN UTAMA : Anang Hermansyah memerankan sang
ayah dan "Si Entong" memerankan sang anak.
>> Lukman
Sardi sudah pernah menjadi Kyai, jadi sekarang dia tidak mungkin memerankan
teroris. Pria berwajah standar lainnya, Reza Rahardian, sudah terlalu sering
tampil, jadi saya bosan. Anang Hermansyah, hmm saya tahu dia seorang penyanyi,
tapi saya tak dapat menemukan pria berwajah standar lainnya yang cukup akrab di
mata masyarakat; kalau dia bersedia berhenti menyanyi dan bersedia belajar
acting bersama saya (sang maestro), saya rasa dia mampu. Pemeran "Si Entong" (saya tidak
tau nama aslinya; bahkan saya tidak peduli) mempunyai wajah ordinary teenager
sekali, jadi dia cocok.
KESIMPULAN : This could be fun.
Naskahnya harus digarap dengan sangat serius karena isu agamanya sangat kental.
Sekali lagi, ini tidak bertema terrorism (karena sudah sangat
membosankan). Jadi, trailernya harus berisi potongan-potongan dialog yang bagus
saja.
>> Saya rasa Hanung pun pasti akan terkesima.
kukira filem beneran gan.. rupanya mimpi.. wah, klo soal agama, no comment dulu gan..
BalasHapusnonono, ini gak melulu soal agama.
BalasHapusGan tlong join blog ane.,nanti ane join balik gan,
BalasHapushttp://dunia-belajarr.blogspot.com/