Jumat, 26 Maret 2010

AKITA-LOVERS


Mengangkat cerita tentang keakraban seseorang dengan seekor anjing yang dipungutnya. Anjing jenis "Akita" adalah anjing khas Jepang yang konon sudah menjadi teman bagi manusia semenjak zaman kekuasaan Shogun.

Hachiko: A Dog's Story (2009) merupakan pengobat rindu bagi anda-anda yang gemar menonton film mengenai hewan peliharaan. Hachiko bukan anjing yang bisa bermain basket ataupun sepak bola -sedangkan bermain lempar bola kecil saja ia tak mau, apalagi bola-bola yang lain-. Tokoh anjingnya diperankan oleh anjing (ya iyalaaahh..) yang tergolong cute. Gak kalah deh sama anjing-anjing jenis lainnya. Kisah Hachiko dibalut oleh drama penuh; tanpa comedy, juga tanpa action. Sama sekali tidak ada.

Lalu apakah itu menjadikan film ini membosankan? Tidak. Jika anda ingin melihat kedalaman relationship antara majikan dan peliharaannya, film ini bisa menjadi inspirasi. Ketika larut dalam penceritaan film ini, saya menjadi penasaran terhadap apa yang akan terjadi dengan para tokoh (sehingga tidak sempat merasakan kebosanan saat menonton), dan satu strike saja/satu plot saja, sudah cukup menjadi konflik yang mantap di film ini. Tiba-tiba keharuan muncul, dan akhirnya akan berujung pada rasa simpati terhadap sang anjing. Wow, tidak perlu dialog yang "wah" dan twist yang MEGAH untuk menciptakan suatu drama yang bagus. Dan tidak perlu mengajari Hachiko cara mengambil bola demi menjadikan ia anjing yang setia.

Selasa, 16 Maret 2010

POOR OLDMAN

Sebuah film Korea, Oldboy (2003), mengisahkan seseorang, yang tanpa alasan yang jelas, telah dipenjara selama 15 tahun, yang akhirnya dilepaskan, juga tanpa alasan yang jelas, yang tentu saja mengundang ia untuk mencari alasan tersebut.

very depressing movie.

Ini adalah film yang bagus. Selama ini saya enggan untuk menonton film-film Korea karena takut terjebak pada kisah cinta yang basi. Ya, saya memang mempunyai koleksi beberapa film Korea dari dulu, dan asal anda tahu, KEBANYAKAN kisahnya mengenai romantika percintaan. Mungkin saja perfilman Korea dianggap kreatif dalam hal mendramatisir dan mereka-reka kisah romantisme; tapi saya pribadi ingin suatu hal yang baru. Pada kenyataannya Oldboy dirilis tahun 2003. Itu artinya...udah lama banget!! Sekitar 6 tahun lalu. Berarti sayalah yang salah: "kok gw gak nemuin film sebagus ini dulu? Kok malah dapet film-film biasa doang??" Ataukah karena film seperti ini memang jarang?



Tentu saja Oldboy adalah film yang dewasa. Dari semua sisi! Tentu saja satu sisi akan hilang jika anda hanya menontonnya di sebuah benda kotak bernama televisi...(ehem..). Drama dan thriller (bahasa Indonesianya "thriller" apaan sih?!) adalah yang paling ditekankan di film ini. Akting pemeran utamanya...mengesankan. Benar-benar membawa kita ke tingkat depresi yang ia miliki. Jika anda hanya ingin tertawa atau melihat jagoan terbang-terbang, bukan di sini tempatnya. Di sini anda hanya akan melihat orang stres membawa-bawa palu dan memakan cumi-cumi hidup-hidup.



Visualisasinya sangat menginspirasi. Ketika saya melihatnya, saya berpikir "ya Tuhan...". Apakah karena jelek? Bukan! Karena sekarang saya tahu rahasia Stephen Chow. Kelihatan sekali bahwa teknik sinematografi yang digunakan oleh film-film Stephen Chow (seperti Shaolin Soccer dan Kung Fu Hustle) mempunyai kemiripan dengan film ini. Saya tidak dapat menjelaskannya secara rinci dalam tulisan, tetapi saya belajar bahwa untuk mendapatkan gambar yang bagus, tidak harus bergerak dan penuh efek visual, tetapi cukup still saja dan punya blocking yang bagus. Film-film Korea yang bagus seperti ini sangat mempengaruhi Chow. Saya berani taruhan.

Satu kata yang terseruak dalam benak setelah menonton film ini adalah: tragis. Ini semua tentang kebencian, amarah, gunjing/gosip, dan tentunya tentang cinta. Dan satu lagi: tentang hypnosis.