Minggu, 12 September 2010

A GROWN-UP SANDLER

So what's up!

I don't know man, i guess i had some finger-ache or something, so i decide to write in this time... :D


Oke, mari kita berbicara tentang "komedi" or 'comedy'. Apa itu comedy?
"salah satu genre film..!"
Ya memang betul... (-_-") Tapi tidak adakah jawaban yang lebih kreatif??
Begini contohnya..
"Apa itu comedy?"
"Comedy is Adam Sandler.."

Hidup Adam Sandler sepertinya memang didedikasikan hanya untuk berkelakar. Semenjak ia muda hingga sekarang, sudah banyak mengoleksi film-film komedi yang bisa dibilang tidak murahan. Mungkin, jika orang lain yang memerankan film-film tersebut, bisa saja dikategorikan "crap" atau sampah. Tetapi ada sesuatu dalam diri Sandler yang menjadikan lelucon, sekalipun itu lame atau memalukan, begitu alami dan layak untuk ditertawai. Entahkah karma atau tidak, ia dianggap buruk dalam memainkan perannya di genre di luar komedi. Memang faktanya demikian; di beberapa film, ia terlihat buruk, bahkan ia terlihat sangat bukan "Sandler". Drama komedi; sepertinya memang itulah jalan hidupnya.

Dianggap beruntung oleh para seniman film lainnya, karena ia sudah lucu secara alami. Dianggap dewa oleh para komedian lain, karena ia tak perlu mengumpat supaya menjadi lucu, dan tak perlu mengumbar nude scenes berlebihan agak orang-orang tertarik menonton filmnya. Seakan-akan itu semua cukup. Hanya diperlukan seorang Sandler, maka orang pasti akan menonton.

Komedi terbarunya: Grown Ups (2010), menceritakan beberapa kawan lama yang kembali berkumpul dan berlibur bersama setelah sekian lama berpisah dan sibuk dengan keluarga masing-masing.

Oh, ini sangat menarik. Di sini Sandler tidak sendiri. Ia membawa teman-temannya: Kevin James, Chris Rock, David Spade dan Rob Schneider. Wow! Anda tahu mereka? Mereka adalah manusia-manusia yang dilahirkan hanya untuk membuat dunia tertawa. Mereka itu papan atas dan tidak perlu diragukan lagi. Melihat nama Kevin James saja saya telah optimis bahwa ini adalah komedi yang natural dan a lot of fun.
And it is! Sangat natural, santai, dan yang terutama, family friendly. Di sini, seluruh tokoh akan melibatkan seluruh anggota keluarga mereka masing-masing dalam liburan, sehingga interaksi akan lebih luas, dan otomatis akan lebih lucu. Film ini tidak terpusat pada Sandler seorang (untuk apa Sandler "mengundang" teman-temannya jika hanya ia yg melucu, bukan?). Hahaha, ada banyak lelucon bagus di sini.

Menurut saya, You Don't Mess With The Zohan (2008) adalah sebuah kekacauan. Yang ada di sana adalah akting berlebihan dan spesial efek yang tak penting. Grown Ups saya rasa adalah sebuah kemajuan.

Kamis, 22 Juli 2010

REALLY KICK ASS

"Ternyata ada juga manusia yang mau membuat film seperti ini..."
Pendapat di atas muncul setelah selesai menonton sebuah film "spektakuler" yang bertema superhero ini...
Yah, sebenarnya tidak se-spektakuler SPEKTAKULER, tapi bisa dikatakan seperti itu lah...

But, this is definitely a hot movie...

Ehem, film yang satu ini tidak patut dikonsumsi oleh anak-anak. Dan film yang satu ini juga tidak layak bagi orang-orang dewasa yang terlalu sopan. Ini jelas-jelas bukan film pop. Anda tahu mengapa?
Pertama, karena film ini digarap secara indie (independen); kedua, karena cerita film ini adalah sebuah terobosan. Well, maksud saya terobosan adalah benar-benar terobosan. Di sini terdapat hal-hal yang mengejutkan, nakal, heboh, dan tak terduga, yang belum pernah ada di film-film lain. Orisinil.

Kick-Ass (2010) mengisahkan seorang anak SMA yang mengubah dirinya menjadi sosok "superhero" demi mewujudkan impiannya untuk membela kebenaran dan menolong orang lain. Naif? Sangat. Dan itu yang membuat film ini begitu unik. Sebuah ide untuk menciptakan seorang superhero, tapi tanpa kekuatan super sama sekali, dan dibintang-utamai oleh seorang anak sekolahan. Dangkal? Tidak. Tidak sedangkal yang anda kira. Kick-Ass adalah film yang trendi dan penuh style. Tidak meninggalkan kehidupannya sebagai seorang pemuda, kehidupannya sebagai "superhero" juga digarap dengan oke.

Film yang penuh warna ini, mengemas action dengan sangat baik. Mempunyai beberapa tokoh superhero gadungan (Kick-Ass, Red Mist, Big Daddy dan Hit Girl) yang mendapat porsi akting yang pas, serta eksekusi akting yang pas pula. Matthew Vaughn, sebagai sang sutradara, inovatif dalam menggarap semua struktur dan unsur film. Hampir tanpa cacat cela sedikit pun! Well, sebagai film adaptasi komik, dan berlabel film action, film ini patut dapat rating tinggi. Walaupun indie.

Lalu, sekali lagi, apakah yang membuat film ini spesial? Yah, coba saja tonton sendiri. Tetapi saya akan memberitahu 2 hal yang paling menarik dari film Kick-Ass ini:

1. funky style => Tidak akan ada kata bosan dalam menonton film ini. Nuansa warna warni komik pun disajikan dengan menu yang pas. Termasuk warna merah darah; film ini tidak segan-segan memuncratkan darah dengan cara sekeji-kejinya bila diperlukan. Musik? Musiknya sangat menyatu dengan adegan aksinya. Dan gaya dialognya khas anak muda Amerika.

2. Hit Girl => Ini adalah nama salah satu tokoh dalam film ini. Ada apa dengan dia? Sangat ada apa-apanya. Ia adalah seorang "superhero" yang kuat dan tangguh; namun ia masih berumur 12 tahun, dan ia adalah perempuan... Silahkan saksikan kesadisannya, dan plis...jangan pelajari umpatan-umpatannya....haha.

Oke,
lalu apakah ketika anda menonton Avatar, anda teringat The Matrix? Apakah ketika anda menonton Waterworld, anda teringat dengan Mad Max?
Dijamin, ketika anda menonton Kick-Ass, anda hanya akan teringat SEDIKIT tentang Batman...

Senin, 14 Juni 2010

I AM NOT KHAN

Hi! Long time no read!


Persetan dengan Khan! You got me boring, dan ternyata kamu juga tidak original!

Saya percaya tidak ada yang original di dunia ini selain Tuhan. Tetapi saya menjadi tidak senang jika ada seseorang MENIRU ciri khas seseorang. Yang ditiru adalah pakemnya. Ciri khasnya. Yang ditiru adalah "bagian kerennya". Wow, saya tidak suka sekali dengan orang-orang peniru seperti itu; apalagi jika yang ditiru adalah punya saya.

Hmm.....memangnya apa sih masalahnya?

I don't know exactly. Yang jelas, setelah saya menonton film ini, My Name Is Khan (2010) menjadi terlihat seperti sampah. Saya telah membahas Khan tepat di 2 postingan saya yang lalu. Saya melihatnya sebagai film yang just so-so, film yang tidak punya "gigitan" tersendiri. Nah, untuk film saya yang kali ini, walaupun ratingnya di internet nyaris sama dengan Khan, saya sangat salut padanya.

I Am Sam (2001) menceritakan kehidupan seorang penderita down syndrome dan autisme, dalam memperjuangkan hak asuh atas anak perempuannya satu-satunya.

Exactly! Kedua film di atas mengangkat kisah seorang penderita autisme plus cacat mental. Inilah yang membuat saya tersentak kaget, lalu sadar bahwa Bollywood ketinggalan 9 TAHUN tepat di belakang Hollywood. Well, ini saya tela'ah dari tahun edar kedua film ini (2010 & 2001). 2010 dikurangi dengan 2001 sama dengan 9! Wow, betapa pintarnya saya.

Saya sangat yakin bahwa Shahrukh Khan belajar banyak dari Sean Penn soal memerankan orang yang cacat mental; dari cara berjalan, cara berbicara, cara marah, cara tertawa. Saya menyadari bahwa akting Penn sangat brilian. Hal inilah yang paling menonjol dari film I Am Sam. Apakah ceritanya membosankan? Tentu tidak. Menarik. Kisah perjuangan seorang ayah memperjuangkan hak asuh atas anak kandungnya. Ini menjadi menarik ketika sang ayah ternyata adalah penderita cacat mental, dan Dakota Fanning berperan sebagai sang anak, sekaligus ada Michelle Pfeiffer di situ.

Kalimat yang paling mengena dari film ini bagi saya adalah pada adegan Sam "bernegosiasi" dengan Rita di kantornya, untuk menyewanya menjadi pengacaranya. Oke, saya jabarkan:

Rita : "Can we get you something to drink?"
Sam : "Is it for free?"
Rita : "(hehehe..)My treat.."
Sam : "Ow ok. Thank you...Yeah, I would like a glass of milk.."

Yang saya tebalkan adalah kalimat favorit saya. Kenapa?? Apakah ada yang penting di kalimat itu...? Ada. Yaitu kata "Milk".

Karena, tepat 7 tahun setelah I Am Sam (2001), Sean Penn berperan sebagai Milk di film Milk (2008). Itu berarti, 7 tahun sebelum pembuatan Milk, Sean Penn telah tahu bahwa ia akan memerankan Harvey Milk.

Apakah itu sebegitu pentingnya bagi rajananbaek?

Yah, lumayanlah...Karena itu adalah film yang akan saya bahas selanjutnya di blog ini. Hehehe.




Senin, 17 Mei 2010

HAPPY ANNIVERSARY!

16 Mei 2010 adalah hari ulang tahun pertama blog rajananbaek: the man behind the scene. Dan saya selaku pendiri, pemrakarsa, penulis, dan pembaca (:P) blog ini turut bersyukur dan mengucapkan......


MAT ULTAH YEEE...!



keep on watching movies, keep on dreaming, keep on/off on the lamp switch!!!

and then: HURRAAYYY!!

Rabu, 12 Mei 2010

MY NAME IS SHAHRUKH

I hate Bollywood....Namun saya ragu apakah film yang satu ini termasuk dalam kategori film "Hollywood versi India" tersebut, ataukah sudah layak disebut sebagai film Hollywood asli. Terserah mereka saja lah, saya hanya berharap bahwa film ini bagus. Sejak perilisannya di Indonesia, sekitar bulan Februari yang lalu, sudah banyak yang mengatakan bahwa film ini bagus. Oleh karena itu saya ingin berkomentar sedikit mengenai film ini...

Kemarin saya cukup heran, mengapa ada sebuah film India yang nongol di daftar penayangan film di bioskop di kota saya. Well, berarti film tersebut sudah bertaraf internasional atau tidak sekedar ditayangkan di negara asalnya saja. Yah, memang masih diproduksi oleh perusahaan film India, namun distribusinya diperani oleh orang-orang Amerika. Hal ini juga tentunya memberikan jaminan, bahwasanya kualitasnya dapat lebih baik daripada film-film sejenis yang ditayangkan di televisi, dan dianggap mampu berkompetisi dengan film-film Amerika lainnya.

Tepat 2 tahun lalu, sudah ada sebuah film dari negeri ini yang menorehkan prestasi luar biasa di kancah perfilman Hollywood. Menyabet 8 Oscar sekaligus, menyebabkan Danny Boyle (juga sutradara The Beach) mendapatkan puja-puji dari para kritikus dan penonton film. Sebuah film yang indah secara visualisasi dan penceritaan, serta akting para aktornya patut diacungi jempol, merupakan sebuah karya yang tak diduga-duga akan sangat menggugah. Wow. Slumdog Millionaire (2008) memang sebuah tontonan yang asyik dan menggugah rasa penasaran bagi yang menontonnya.

Kali ini giliran My Name Is Khan (2010) yang dijual kepada khalayak ramai di seluruh dunia. Apakah bagus? Jawaban saya: Bagus, tetapi masih kalah dengan Slumdog..

My Name Is Khan bercerita mengenai petualangan seorang pria Muslim India pengidap autis dan sindrom aneh di Amerika. Film ini mengangkat isu agamis dan terorisme dengan menggunakan insiden 9/11 sebagai penyebab masalah utama, walaupun tidak disebutkan tahun kapan kejadian tersebut terjadi. Isu ini memang tidak hangat lagi, namun inilah yang ingin di"dramatisasi" oleh si pembuat film agar penonton tersentuh hatinya dan agar kita ingat bahwa kebaikan seseorang tidak dinilai dari agama yang ia anut, tetapi dari perilaku yang ia punya.

Setelah saya amati, Khan mempunyai beberapa kemiripan dengan Slumdog; apakah disengaja atau tidak, saya tidak tahu.
  • Alur ceritanya sama-sama maju-mundur dan dinarasikan oleh tokohnya sendiri, walaupun Khan lebih elastis dalam penceritaannya.
  • Kisah tokoh dimulai ketika ia kanak-kanak.
  • Kedua tokoh utama mempunyai kecenderungan dalam hal keunggulan intelejensia.
Mengikuti drama panjang seperti My Name Is Khan ini, cenderung dapat terjebak dalam kebosanan. Pada awal film, ciri khas Hollywood sudah tampak dalam pengambilan gambarnya. Pada pertengahan film, saya merasa bahwa ceritanya mulai mengada-ada. Dan pada akhirnya, si Khan itu sendiri sudah terkesan seperti pahlawan saja, padahal tujuan awalnya hanya ingin bertemu Pak Presiden saja. Plotnya memang tidak kacau alias masih nyambung, tetapi saya rasa sudah agak melenceng dari tema semula. Well, sepertinya sang sutradara ingin mendramatisasikan/mencarikan simpati bagi sang tokoh (yang polos dan autis ini) di mata para penonton dengan menjadikannya kesayangan masyarakat. Usaha yang bagus dari penulis naskah film ini untuk merancang pertemuan si Khan dengan sang presiden, walaupun menurut saya ada cara yang lebih bagus lagi. Secara keseluruhan, film ini menghibur, walaupun ada beberapa adegan tak penting yang terkesan berlebihan. Dan patut disyukuri, tidak ada adegan tari-menari di film ini.

Terlalu banyak fokus juga tidak baik. Tetapi hal ini bisa disiasati dengan menambah durasi film agar tidak ada plot yang mengambang. Resikonya ya...bosan.

Rabu, 21 April 2010

EXORCISTING

Oke, sekarang kita akan membahas tentang seorang gadis yang kerasukan setan. Seram? Ah tidak juga (walaupun saya sekarang sedang sendirian di ruangan ini, menulis, dan ini pada larut malam). Tidak, selama ada facebook...hahaha.

Exorcism adalah suatu tata cara pengusiran setan terhadap seseorang yang dirasukinya. Bila kita bicara tentang "tata cara", berarti ada proses yang perlu dijalani. Entah itu peralatan-peralatan yang perlu dipersiapkan, doa-doa yang akan dipanjatkan, ataupun pihak-pihak tertentu yang berhak melakukan ritual tersebut. Yah, begitulah adanya; exorcism dipandang sebagai hal spesifik yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu (mis: priest) walaupun fenomena ini jarang terjadi di masa-masa sekarang ini.

The Exorcist (1973) mengisahkan tentang peristiwa kesurupan yang dialami seorang gadis muda, yang mengakibatkan gejala-gejala dan efek mengerikan dan peristiwa penyiksaan terhadap diri sendiri.

Ternyata film ini menelurkan 2 piala Oscar untuk debutnya. Padahal jika diamati, ada beberapa plot yang tidak berkesinambungan. Boleh dikatakan bahwa sang sutradara (William Friedkin) ingin film ini terlihat begitu artistik dan elegan untuk sebuah film horor, walaupun mengorbankan beberapa plot yang tidak "kena" kepada inti cerita. Memang ada kaitannya dengan inti cerita, tetapi penonton harus menerjemahkan sendiri makna gambar-gambar dan adegan (terutama di awal film) agar nantinya penonton tidak terpatok kepada doktrin-doktrin kepercayaan tertentu ataupun hal-hal mistis lain yang tidak penting. Ya, sang sutradara mencoba memberitahukan kepada penonton bagaimana sejarah masing-masing tokoh, sehingga nantinya dapat digabungkan ke cerita inti. Sebenarnya inti cerita film ini adalah kegiatan exorcism tersebut. Yang pada akhirnya, di film ini, adegan tersebut diporsi cukup panjang. Cukup menarik memang menyimak alur film yang "naik-turun" yang menyajikan ketakutan saat melihat Regan (gadis yang dirasuki) sekaligus "kesenduan" yang dimiliki oleh tokoh-tokoh lainnya.

The Exorcist tidak mengungkapkan mengapa Regan yang harus dirasuki. Dan pemunculan gimmick logo, patung dan gambar setan, sebenarnya tidak bermakna. Mungkin hanya digunakan sebagai "pemanis" cerita. Yang justru menarik adalah adegan "sirkus" yang dilakukan oleh Regan yang sedang kerasukan, baik itu melakukan aksi telekinetik, melayang, memutar kepala 360 derajat, memuntahkan cairan hijau, dan lain-lain, yang sebenarnya sangat mengerikan, tapi entah kenapa saya mengatakannya sebagai "sirkus"...

Ternyata ada film maker yang berpikir untuk membuat prekuel tentang Father Merrin, sang pendeta yang mengadakan exorcism untuk Regan. Ini diangkat dalam Exorcist: The Beginning (2004). Ada juga film lain yang katanya diangkat dari kisah nyata, yaitu The Exorcism of Emily Rose (2005), yang juga mengangkat tema serupa. Eitss, ada juga Scary Movie 2 (2001) yang memparodikan 2 adegan di The Exorcist dengan sangat ekstrem.

Hmm, apa ya kata penutup dari saya...
Setan hanya akan merasukimu jika kau mengundangnya.

Jumat, 26 Maret 2010

AKITA-LOVERS


Mengangkat cerita tentang keakraban seseorang dengan seekor anjing yang dipungutnya. Anjing jenis "Akita" adalah anjing khas Jepang yang konon sudah menjadi teman bagi manusia semenjak zaman kekuasaan Shogun.

Hachiko: A Dog's Story (2009) merupakan pengobat rindu bagi anda-anda yang gemar menonton film mengenai hewan peliharaan. Hachiko bukan anjing yang bisa bermain basket ataupun sepak bola -sedangkan bermain lempar bola kecil saja ia tak mau, apalagi bola-bola yang lain-. Tokoh anjingnya diperankan oleh anjing (ya iyalaaahh..) yang tergolong cute. Gak kalah deh sama anjing-anjing jenis lainnya. Kisah Hachiko dibalut oleh drama penuh; tanpa comedy, juga tanpa action. Sama sekali tidak ada.

Lalu apakah itu menjadikan film ini membosankan? Tidak. Jika anda ingin melihat kedalaman relationship antara majikan dan peliharaannya, film ini bisa menjadi inspirasi. Ketika larut dalam penceritaan film ini, saya menjadi penasaran terhadap apa yang akan terjadi dengan para tokoh (sehingga tidak sempat merasakan kebosanan saat menonton), dan satu strike saja/satu plot saja, sudah cukup menjadi konflik yang mantap di film ini. Tiba-tiba keharuan muncul, dan akhirnya akan berujung pada rasa simpati terhadap sang anjing. Wow, tidak perlu dialog yang "wah" dan twist yang MEGAH untuk menciptakan suatu drama yang bagus. Dan tidak perlu mengajari Hachiko cara mengambil bola demi menjadikan ia anjing yang setia.

Selasa, 16 Maret 2010

POOR OLDMAN

Sebuah film Korea, Oldboy (2003), mengisahkan seseorang, yang tanpa alasan yang jelas, telah dipenjara selama 15 tahun, yang akhirnya dilepaskan, juga tanpa alasan yang jelas, yang tentu saja mengundang ia untuk mencari alasan tersebut.

very depressing movie.

Ini adalah film yang bagus. Selama ini saya enggan untuk menonton film-film Korea karena takut terjebak pada kisah cinta yang basi. Ya, saya memang mempunyai koleksi beberapa film Korea dari dulu, dan asal anda tahu, KEBANYAKAN kisahnya mengenai romantika percintaan. Mungkin saja perfilman Korea dianggap kreatif dalam hal mendramatisir dan mereka-reka kisah romantisme; tapi saya pribadi ingin suatu hal yang baru. Pada kenyataannya Oldboy dirilis tahun 2003. Itu artinya...udah lama banget!! Sekitar 6 tahun lalu. Berarti sayalah yang salah: "kok gw gak nemuin film sebagus ini dulu? Kok malah dapet film-film biasa doang??" Ataukah karena film seperti ini memang jarang?



Tentu saja Oldboy adalah film yang dewasa. Dari semua sisi! Tentu saja satu sisi akan hilang jika anda hanya menontonnya di sebuah benda kotak bernama televisi...(ehem..). Drama dan thriller (bahasa Indonesianya "thriller" apaan sih?!) adalah yang paling ditekankan di film ini. Akting pemeran utamanya...mengesankan. Benar-benar membawa kita ke tingkat depresi yang ia miliki. Jika anda hanya ingin tertawa atau melihat jagoan terbang-terbang, bukan di sini tempatnya. Di sini anda hanya akan melihat orang stres membawa-bawa palu dan memakan cumi-cumi hidup-hidup.



Visualisasinya sangat menginspirasi. Ketika saya melihatnya, saya berpikir "ya Tuhan...". Apakah karena jelek? Bukan! Karena sekarang saya tahu rahasia Stephen Chow. Kelihatan sekali bahwa teknik sinematografi yang digunakan oleh film-film Stephen Chow (seperti Shaolin Soccer dan Kung Fu Hustle) mempunyai kemiripan dengan film ini. Saya tidak dapat menjelaskannya secara rinci dalam tulisan, tetapi saya belajar bahwa untuk mendapatkan gambar yang bagus, tidak harus bergerak dan penuh efek visual, tetapi cukup still saja dan punya blocking yang bagus. Film-film Korea yang bagus seperti ini sangat mempengaruhi Chow. Saya berani taruhan.

Satu kata yang terseruak dalam benak setelah menonton film ini adalah: tragis. Ini semua tentang kebencian, amarah, gunjing/gosip, dan tentunya tentang cinta. Dan satu lagi: tentang hypnosis.

Selasa, 23 Februari 2010

WHAT'S UP, HOLMES?!



"Sherlock Holmes"; sebuah nama yang sudah tidak asing lagi bagi para pembaca buku dan para penyimak kultur-kultur pop. Seorang tokoh rekaan atau buatan yang merupakan seorang detektif sakti, yang mampu memecahkan masalah-masalah sukar yang tak dapat ditemukan solusinya oleh detektif-detektif lain. Saya pribadi tidak pernah membaca satu pun kisahnya. Namun bagi anda yang adalah penggemar setia kisah2nya, saya salut; karena tidak banyak orang yang mau mengikuti kisah yang berbelok-belok dan berseri-seri semacam itu. ["berseri-seri" sama artinya dengan memiliki banyak seri...hehehe] Penulis kisah Sherlock Holmes yang paling terkenal adalah Sir Arthur Conan Doyle; yang adalah juga seorang penulis novel sejarah, puisi dan karya ilmiah.

Sherlock Holmes goes to the movie!!

Apa jadinya bila kisah tokoh ini diangkat ke dalam sebuah film? Hmm...berarti mengadaptasi novel menjadi film? Lalu bagaimana dengan Dragon Ball Evolution (2009) yang diangkat dari komik itu? Akankah kisah Sherlock ini akan seburuk film adaptasi tersebut?

Saya rasa ini berbeda ; karena DB Evolution berasal dari novel grafis bersambung (sangat fatal bila filmnya digarap secara jelek), sedangkan Holmes berasal dari kisah berseri yang ternyata mempunyai banyak versi. Kisah adaptasi seperti Sherlock Holmes sebenarnya bukan adaptasi. Karena bisa saja sang pembuat film memunculkan Sherlock Holmes "versi"nya sendiri. Keuntungannya, film jilid pertama ini tidak akan membosankan. Kekurangannya, beresiko besar masuk kepada jurang sekuel yang berjilid-jilid yang memuakkan.

Sherlock Holmes (2009) yang rilis Januari 2010 di Indonesia, menceritakan petualangan seorang detektif yang bernama sesuai dengan judul filmnya, ditemani oleh teman dekatnya yang adalah seorang dokter, Dr. Watson.

Film ini terhitung rilis bulan Desember 2009 di Amerika sana. Oleh karena itu, jika pantas, film ini berhak memasuki kompetisi-kompetisi penghargaan film di awal 2010. Dan faktanya, film ini termasuk diperhitungkan di Golden Globe Award 2010. Dengan menyabet Award untuk kategori Best Actor in a Motion Picture-Musical or Comedy, film ini patut berbesar hati karena bukan hanya itu saja, ia dinominasikan pula oleh Academy Award untuk Art Direction dan Original Scorenya. Cool! Memang pantas mendapat achievement semacam itu. Karena setelah rajananbaek menontonnya, memang tidak berlebihan jika kita menyanjungnya. hohoho..

Pengarahan art dan screenplay sangat enak untuk dinikmati. Filmnya membawa kita ke Inggris ke zaman sebelum adanya teknologi mesin. Well, berarti kita berurusan dengan pistol model kuno ala Inggris, pedang tarung yang tidak tebal-tebal amat, baju berpergelangan tangan mengembang ala bangsawan, dan... kereta kuda. Sherlock Holmes digambarkan sebagai orang yang urakan. Iya, memang ia disegani, tapi bukan karena wibawanya, mungkin karena ia adalah salah satu orang terpandai di negeri itu. Ciri khasnya yang pakem memang ditunjukkan. Seperti doyan menghisap tembakau melalui pipa, pandai melakukan penyamaran, dan mempunyai daya intelejensia yang tinggi. Tetapi creator film ini menambahkan gimmick lain pada sang detektif, seperti misalnya: jago berkelahi, ataupun sikapnya yang selalu saja santai; yah...hal ini bisa dimaklumi karena sang creator film tidak mau tokohnya keliatan tua dan membosankan di mata para penonton, lagipula hal ini juga menjaga-jaga apabila nanti dibuatkan sekuel... (-_-!)




Ceritanya fun, tapi ya itu tadi...ini bukan film full action. Campuran antara aksi, petualangan, misteri, dan.....sedikit komedi. Tak bisa dipungkiri, film ini akan dibuatkan sekuelnya. Akhir kisahnya tetap berusaha untuk menyisakan misteri bagi penonton. Ada satu tokoh yang belum diungkapkan identitas lengkapnya. Yah, siap-siap sajalah menyaksikan kelanjutannya. Mungkin Mr. Downey Jr. masi bisa ya untuk dua film lagi? Untuk Iron Man saja rasanya masi sanggup...hahaha.

Ada salah satu adegan yang kelihatannya pantas untuk dicap "lebai" atau berlebihan di film ini. Yaitu adegan pada saat terjadi ledakan besar di sebuah pabrik, yang mengisyaratkan bahwa Dr. Watson akan tewas seketika, eh ternyata tidak tewas.

Tapi beneran lho gambarnya bagus sekali pas di slow motion-kan.


Minggu, 07 Februari 2010

BAJINGAN-BAJINGAN YANG TERHINA, BITCH!

Apa saja yang terbersit di benak anda jika mendengar kata "Nazi"? Apakah "nazi goreng" or "nazi uduk"? Aduh aduh, saya tidak sedang membicarakan "nazi" yang satu itu. Jika anda normal, yang mungkin muncul dalam pikiran anda adalah:

1. German (negara asal Nazi)

2. Hitler (dengan "ingus" hitamnya itu)

3. Jew/Yahudi (yang pernah dibakar hidup-hidup oleh Nazi)

Nazi adalah sebuah nama pemerintahan dan merupakan suatu fenomena yang sudah mendunia. Pemerintahan Nazi yang dipimpim oleh Hitler sangat membenci sekali orang-orang keturunan Yahudi. Beberapa film telah mengangkat hal ini. Bahkan sampai sekarang, masi ada juga film yang mengangkat mengenai Nazi ini.


Inglourious Basterds (2009) mengisahkan tentang konspirasi kelompok pergerakan Yahudi dalam menjatuhkan Nazi Jerman. Film ini dikemas apik sekali oleh Quentin Tarantino. Seperti film-film Tarantino pada umumnya, film ini miskin musik. Lebih menimpakan kekuatannya pada screenplaynya, akting, dan ketenangan mengikuti alur ceritanya. Dibumbui oleh humor-humor "gelap" atau "canggung", mengikuti film ini tidak membuat kita bosan, bahkan elemen-elemen kejutannya membuat kita terhenyak sesaat di dalam kesepian... (wedew..)

Tapi memang betul, Quentin Tarantino layak untuk disegani sebagai seorang sineas karena film-filmnya sangat khas sekali dan gaya penceritaannya sudah dikenal banyak orang. Inglourious Basterds dikemas dalam bentuk chapter per chapter sama seperti film Kill Bill (2003&2004) yang juga buatan Tarantino, yang juga banyak dikagumi orang (memang kebanyakan film-film Quentin Trantino itu asik). Film ini mendapat banyak sekali penghargaan, termasuk dalam bursa Golden Globe. Christoph Waltz, sang aktor pemeran pembantu, dianugerahi banyak piala atas aktingnya yang memukau. Jika anda juga ingin terpukau , silahkan saja tonton film ini. Kalau boleh dibilang, ada beberapa karakter unik selain yang dimainkan oleh Waltz di film ini. Salah satunya adalah karakter Lieutenant Aldo Raine yang dimainkan oleh Brad Pitt. Bisa dibayangkan betapa cool-nya akting Christoph Waltz sehingga mengalahkan pesona Brad Pitt.

Adegan tembak-menembak di film ini sangat brutal sekali; apalagi jika anda sudah mengerti Tarantino: ia tak segan-segan bermain dengan kebrutalan dan anarki. Jika anda adalah seorang keturunan Yahudi, saya rasa ini bakal menjadi film favorit anda (apalagi anda-anda yang tergila-gila pada Brad Pitt.....[lho!]). Dan, setelah saya selidiki, Brad Pitt a.k.a. Letnan Aldo Raine berpotensi melahirkan sebuah tagline movie terbaru:

"i'm going to give you a little something you can't take off, bitch!"
(maaf, kata "bitch"nya sebenarnya tidak ada)

Rabu, 20 Januari 2010

THE SORORITY

Sebuah kisah yang mengangkat sebuah pembunuhan tak terencana yang dilakukan oleh anggota2 sebuah organisasi kemahasiswaan wanita. Dibintangutamai oleh 4 orang cewe yang tergabung dalam sebuah sorority yang bernama Theta Pi. Mereka tidak sengaja mengakibatkan seorang temannya terbunuh. Sehingga sampai suatu saat malah mereka yang dibunuh satu persatu...

Mengusung genre horror/thriller, film Sorority Row (2009) ini tidak begitu gelap. Tema yang dipakai memang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh I Know What You Did Last Summer (1997) ; mengenai misteri pembunuh yang diawali dengan pembunuhan tak disengaja. Identitas si pembunuh dirahasiakan. Yang kita tahu hanyalah ia akan terus mengintimidasi si korban sampai tuntas.

Yang berbeda dari Sorority Row adalah dalam hal mengangkat kehidupan organisasi kampus. Tentu saja akan terpampang gaya hedonisme, party, hura-hura ala remaja, plus adegan liar gadis2 muda...(hohoho...). Potongan adegan menegangkan dan mengejutkan masi tetap ada, pemilihan cast-nya dirasa cukup pas, dan dialognya juga tidak murahan. Ya...lumayanlah buat film "tebak-tebakan".

"reputation comes from the company you keep". Hmmm...ungkapan yang bagus. Tapi bukan berarti mendorong kita menjadi pembunuh keji, bukan?