Senin, 17 Mei 2010

HAPPY ANNIVERSARY!

16 Mei 2010 adalah hari ulang tahun pertama blog rajananbaek: the man behind the scene. Dan saya selaku pendiri, pemrakarsa, penulis, dan pembaca (:P) blog ini turut bersyukur dan mengucapkan......


MAT ULTAH YEEE...!



keep on watching movies, keep on dreaming, keep on/off on the lamp switch!!!

and then: HURRAAYYY!!

Rabu, 12 Mei 2010

MY NAME IS SHAHRUKH

I hate Bollywood....Namun saya ragu apakah film yang satu ini termasuk dalam kategori film "Hollywood versi India" tersebut, ataukah sudah layak disebut sebagai film Hollywood asli. Terserah mereka saja lah, saya hanya berharap bahwa film ini bagus. Sejak perilisannya di Indonesia, sekitar bulan Februari yang lalu, sudah banyak yang mengatakan bahwa film ini bagus. Oleh karena itu saya ingin berkomentar sedikit mengenai film ini...

Kemarin saya cukup heran, mengapa ada sebuah film India yang nongol di daftar penayangan film di bioskop di kota saya. Well, berarti film tersebut sudah bertaraf internasional atau tidak sekedar ditayangkan di negara asalnya saja. Yah, memang masih diproduksi oleh perusahaan film India, namun distribusinya diperani oleh orang-orang Amerika. Hal ini juga tentunya memberikan jaminan, bahwasanya kualitasnya dapat lebih baik daripada film-film sejenis yang ditayangkan di televisi, dan dianggap mampu berkompetisi dengan film-film Amerika lainnya.

Tepat 2 tahun lalu, sudah ada sebuah film dari negeri ini yang menorehkan prestasi luar biasa di kancah perfilman Hollywood. Menyabet 8 Oscar sekaligus, menyebabkan Danny Boyle (juga sutradara The Beach) mendapatkan puja-puji dari para kritikus dan penonton film. Sebuah film yang indah secara visualisasi dan penceritaan, serta akting para aktornya patut diacungi jempol, merupakan sebuah karya yang tak diduga-duga akan sangat menggugah. Wow. Slumdog Millionaire (2008) memang sebuah tontonan yang asyik dan menggugah rasa penasaran bagi yang menontonnya.

Kali ini giliran My Name Is Khan (2010) yang dijual kepada khalayak ramai di seluruh dunia. Apakah bagus? Jawaban saya: Bagus, tetapi masih kalah dengan Slumdog..

My Name Is Khan bercerita mengenai petualangan seorang pria Muslim India pengidap autis dan sindrom aneh di Amerika. Film ini mengangkat isu agamis dan terorisme dengan menggunakan insiden 9/11 sebagai penyebab masalah utama, walaupun tidak disebutkan tahun kapan kejadian tersebut terjadi. Isu ini memang tidak hangat lagi, namun inilah yang ingin di"dramatisasi" oleh si pembuat film agar penonton tersentuh hatinya dan agar kita ingat bahwa kebaikan seseorang tidak dinilai dari agama yang ia anut, tetapi dari perilaku yang ia punya.

Setelah saya amati, Khan mempunyai beberapa kemiripan dengan Slumdog; apakah disengaja atau tidak, saya tidak tahu.
  • Alur ceritanya sama-sama maju-mundur dan dinarasikan oleh tokohnya sendiri, walaupun Khan lebih elastis dalam penceritaannya.
  • Kisah tokoh dimulai ketika ia kanak-kanak.
  • Kedua tokoh utama mempunyai kecenderungan dalam hal keunggulan intelejensia.
Mengikuti drama panjang seperti My Name Is Khan ini, cenderung dapat terjebak dalam kebosanan. Pada awal film, ciri khas Hollywood sudah tampak dalam pengambilan gambarnya. Pada pertengahan film, saya merasa bahwa ceritanya mulai mengada-ada. Dan pada akhirnya, si Khan itu sendiri sudah terkesan seperti pahlawan saja, padahal tujuan awalnya hanya ingin bertemu Pak Presiden saja. Plotnya memang tidak kacau alias masih nyambung, tetapi saya rasa sudah agak melenceng dari tema semula. Well, sepertinya sang sutradara ingin mendramatisasikan/mencarikan simpati bagi sang tokoh (yang polos dan autis ini) di mata para penonton dengan menjadikannya kesayangan masyarakat. Usaha yang bagus dari penulis naskah film ini untuk merancang pertemuan si Khan dengan sang presiden, walaupun menurut saya ada cara yang lebih bagus lagi. Secara keseluruhan, film ini menghibur, walaupun ada beberapa adegan tak penting yang terkesan berlebihan. Dan patut disyukuri, tidak ada adegan tari-menari di film ini.

Terlalu banyak fokus juga tidak baik. Tetapi hal ini bisa disiasati dengan menambah durasi film agar tidak ada plot yang mengambang. Resikonya ya...bosan.