Blog ini berisi komentar-komentar mengenai film-film yang telah Saya tonton, yang pastinya akan berguna bagi Anda sebagai referensi untuk menonton film, ataupun setidaknya dapat berguna sebagai tempat Anda untuk mengisi waktu luang dengan hal yang berguna, sekaligus sebagai tempat Kita bertukar pikiran mengenai film. I'm not a critic. I'm just a big fan.
The "alternate universe" method has always been a good escapism to avoid the boredom of comic-book movies. As far as I'm concerned, this happens in some DC and Marvel movies.
In "Justice League: The Flashpoint Paradox" (2013), the alternate universe was perfectly built and exploited. Actually, the plot is not that outstanding or complex. Yet, the action is well-built and explored.
This is the movie's plot summary that I got from a website: "An alteration of the timeline for the superhero, The Flash, creates
ripples that disastrously alters the Universe. The Flash must team with
other heroes to restore the timeline while the Earth is ravaged by a war
between Aquaman's Atlantis and Wonder Woman's Amazons."
Yeah, so that's it. The Flash ran too fast, so that he created a small wave on the surface of reality that turned it into different world. The basic plot may seem corny and confusing. Absurdity may come easily in this kind of movie about "who did that", "who did this", "what caused that", "what caused this". The Flash is in the main character here. The whole plot is based on his reminiscence; and it's pretty interesting since we barely see The Flash as a badass (in a movie -I barely know the comic's point of view-).
For big fans, it's always been a heaven on earth when all superheroes meet each other, get along, fight, show off their most superiority in their own abilities. The superheroes myth will give us a big thrill if the superheroes themselves are as tough as we think. Let alone tougher. And yes, they are tougher in this movies. Even I sense a gory details in the graphic. The graphic that has never seen before in an animated comic-book movies.
So, overall, "Justice League: The Flashpoint Paradox" (2013) is satisfying. Get ready to get your mind blown.
Tadinya saya akan menonton film terbaru Joko Anwar, "Modus Anomali". Tapi lalu saya berpikir, "Hmm, ini pasti film bagus. Gimana kalo aku coba nonton film lain." Saya sangat sangat jarang menonton film Indonesia. Dan akhirnya "The Witness" mendapatkan kesempatan langka itu.
"The Witness" bercerita tentang seorang gadis yang menjadi "saksi" atas pembantaian keluarganya. "Saksi" di sini tidak secara kasat mata saja, tapi juga secara spiritual. Tapi tenang, film ini bukan film horor. Saya belum punya minat untuk menikmati horor Indonesia. Bisa dikatakan, "The Witness" adalah film bertipe drama-thriller walaupun terdapat unsur "hantu-hantu-an" di film ini.
Film yang di-sutradarai oleh Muhammad Yusuf ini jauh dari kata "norak". Digarap tidak asal-asalan; tidak seperti film Indonesia pada umumnya. Saya salut dengan cinematography-nya yang indah. Paten. Sebenarnya cerita dalam film ini bisa selesai dalam 60 menit. Namun sang sutradara tertarik menggarap adegan-adegannya se-intens mungkin, yang ternyata menghasilkan gambar yang bagus. Setiap adegan-adegan intinya dibuat dengan gaya peng-kamera-an yang tidak main-main, walaupun, menurut saya, ada beberapa adegan yang terasa dipanjang-panjangkan sehingga terkesan membosankan. Sekali lagi, saya hanya bosan pada plotnya, tidak pada gambarnya, yang berarti bahwa style film ini juga bagus. Saya paling menyukai adegan pembantaian di dalam rumah Angel.
Twist atau kejutan cerita dalam film ini, sebenarnya tidak fresh-fresh amat. Tapi alurnya yang tidak melulu maju, menjadikannya spesial. Acting para aktornya juga tidak main-main.
Kemarin, Audisi
Indonesian Idol “TOP 15” dipenuhi oleh orang-orang yang menyanyi (tentu saja)
dan “rencananya” akan mengeliminasi 5 orang, sehingga 10 orang bisa maju ke
babak Spektakuler (or Spectacular, or whatever..). Bagi anda yang tidak sempat menonton
RCTI kemarin, jangan kuatir, acaranya akan di re-run 2 kali. Saya sangat
bersyukur RCTI tidak pernah me- re-run sinetron-sinetron mereka. Namun saya
juga tidak habis pikir, bila suatu saat nanti Indonesian Idol tidak bisa
tayang, maka akan ada beberapa pengisi acaranya tampil di iklan, dan
mengatakan: “Maaf ya pemirsa, hari ini Indonesian Idol tidak bisa tayang, tapi
saksikan kami besok di jam yang sama…”
Bagi anda yang
tidak punya TV, berikut cuplikan acaranya…
Juri : Anang,
Agnes, Dhani
Pembawa Acara :
Daniel
Peserta : Dera,
Karin, Rosa, dll
Daniel memasuki
panggung dengan diiringi musik khas Indonesian Idol. Dengan segera ia ke tengah
panggung, dan segera melepas ikat kepalanya yang bertuliskan “Damn, I Love
Indonesia” dan melemparkannya ke penonton yang sudah histeris dari tadi.
DANIEL :
Pemirsa! P-e PE, M-i MI, Rrr SAA! Inilah malam yang anda nanti-nantikan, karena
malam ini adalah Indonesian Idol…….. TOP 15! Dan hanya 10 orang yang akan lolos
malam ini, sedangkan 5 orang lagi tidak bisa melanjutkan perjalanan mereka di
Indonesian Idol.
Ketiga juri
diperkenalkan, dan para peserta mulai menyanyi.
Dera selesai
menyanyi.
AGNES : Dera,
saya suka penampilan kamu yang barusan. You’re still my favourite. Saran saya
cuma satu aja sih; pake behel.
ANANG : Ya,
Dera, kamu membawakan lagu kamu dengan bagus (penonton bersorak) dan aku harap
kamu bisa mempertahankannya.
DHANI :
(menggaruk—garuk kepala) Sama.
DANIEL : Dera,
kamu terkenal suka ngasih makanan ke para juri. Kamu mau ngasih makanan apa
lagi nih ke mereka?
DERA : Aku
janji, kalo aku masuk ke Spektakuler, aku bakalan bawain UBI CILEMBU buat smua
juri. Om Daniel juga bakalan Dera kasih.
DANIEL : Lho kok
gue dipanggil Om! By the way, terima kasih Dera.
Karin, peserta
berikutnya, masuk. Karin selesai menyanyi.
DHANI : Peserta
sih boleh aja menghayati lagu. Tapi jangan terlalu carried away.
AGNES : Saya
setuju dengan Ahmad Dhani, kalo nyanyi tu jangan too emotional. Carried away
sih boleh, tapi harus bisa dikontrol. Kalo gak, kamu bakalan saya buried away!
Mau kamu?! Mau?! Jawab!
ANANG : Sabar,
Mo, sabar… kita harus sabar sama para peserta. Ah kamu juga sih Karin!! Makanya
jangan terlalu carried away! Emangnya apaan sih arti carried away?! Jawab!
Peserta
berikutnya, Rosa, selesai menyanyi.
AGNES : Suara
kamu tu udah bagus, jadi nyanyi apa aja pasti enak. Saran saya sih cuma satu,
pas di prehook kamu ambil aja dulu nada rendah, baru pas di hook kamu tanya aja
sama Kapten Hook kamu harus ngapain.
ANANG : Rosa,
ekspektasi aku sih lebih dari ini. Aku tadinya berharap kamu nyanyi sambil main
sulap.
DHANI : Saya
sama, sama Mbak Agnes.
Ivan selesai
menyanyi.
ANANG : Ivan,
kamu sudah punya semuanya. Kamu juga cute. Aku seharusnya bawain lagu “Jodohku”
sama kamu.
AGNES : Hus,
ingat Mbak Ashanti lho, Mas Anang. (melihat ke arah Ivan)Penampilan kamu nggak
jelek, cuman aku berharap kamu lebih baik lagi ke depannya.
DHANI : Saya
sama, sama Mas Anang.
DANIEL : Ivan,
denger—denger kamu udah punya fans club sendiri yang bernama ‘Ivantatin’.
Harapan kamu ke depannya apa?
IVAN : Ke
depannya saya mau duet sama Similikiti.
Yoda selesai
menyanyi.
DHANI : Master
Yoda…
AGNES : Yoda, you’re
definitely with the Force tonight!
YODA : Makasih,
Mbak. (melihat ke Dhani)Makasih, Kaisar Ming.
ANANG :
(berdiri, memberikan standing applause selama 2 jam)
Setelah dua jam,
Sean memasuki panggung untuk bernyanyi. Sean selesai bernyanyi.
DHANI : Kamu
hampir membuat saya menitikkan air mata.
AGNES : Dari
awal sampai akhir lagu, saya merinding. (tersenyum)You’ve got me
goosebumps, bi*ch!
ANANG : Di usia
kamu yang masih muda ini, 16 tahun, kemampuan kamu sudah sangat mumpuni.
Mudah-mudahan Aurel nonton; bahwa untuk menjadi penyanyi yang baik, tidak harus
berkulit putih.
Regina selesai
menyanyi.
AGNES : BUAGUS
BUANGET. You’re so beautiful. Yet so painful. Apakah kamu saudaranya saiful?
DHANI : Ternyata
saya adalah orang yang melankolis. Kamu berhasil membuat saya menangis. Ini
adalah kali kedua saya menangis semenjak saya nonton konser Ayu TingTing
kemarin.
ANANG : Ahaha,
begitulah aslinya Ahmad Dhani, cengeng dan takut ditinggal istri… Regina, kamu
bernyanyi baik sekali malam ini. Saya tahu lagu ini bakalan kamu makan.
Hati-hati kamu obesitas.
Tiba-tiba Daniel datang dengan tergopoh-gopoh.
DANIEL : Pemirsa, maaf saya harus cancel acara ini dikarenakan di depan studio RCTI sekarang sudah diserbu oleh Aliansi Masyarakat Peduli Acara Televisi Indonesia atau AMPATI. (melihat ke arah para peserta)So, guys, kalian ke belakang panggung sekarang juga. (melihat ke arah para juri)Para juri, GET THE HELL OUT OF THIS PLACE NOW!! Move, move, move! Selamat malam, Indonesia!
Kamera atas bergerak mengelilingi ruangan. Terdengar musik khas Indonesian Idol. Terlihat para penonton panik. Logo Indonesian Idol menutupi layar televisi.
Siapa yang tahu tentang Karni Ilyas?
Maksud saya, siapakah orang ini?
Sebagai penonton TV veteran, yang
semenjak muda (sekarang juga masih muda) telah menonton Televisi Indonesia,
saya tidak pernah melihat ataupun mendengar tentang Karni Ilyas. Sekali lagi,
saya adalah penikmat televisi (yang mungkin akan beranjak menjadi Pengamat
Pertelevisian –wow-) melebihi media-media lainnya seperti koran dan radio. Setahu
saya, Bapak Karni Ilyas tidak pernah dikenal sedemikian luas sebelum seperti
saat ini.
Seperti kita ketahui, umur
pertelevisian swasta di Indonesia masih muda. Masih menginjak usia 20 tahun-an,
diukur dari kemunculan TV swasta pertama kali di tahun 1989/1990. Hal ini jauh
bila dibandingkan dengan umur Karni Ilyas yang sudah tidak muda lagi, alias
sudah sangat matang. Berapakah umurnya? Saya tidak tahu pasti. Tetapi, mari
kita lihat penampilan fisiknya; rambut di cat putih (lebih mirip uban), cara
berjalan tidak lagi cepat (sepertinya perlu bantuan skateboard), jika berbicara
kadang-kadang terbata-bata (ini ciri khasnya). Menurut anda, beliau berumur
berapa? Yah, saya rasa di awal 60-an tahun.
Bagaimana cara kita mengenal
Karni Ilyas lebih jauh? Kalau saya pribadi, saya tidak punya minat untuk
mencari di google. Saya mengetahui dan menyukai Pak Karni dikarenakan saya
sangat menikmati sebuah program talkshow yang dibawakannya: Indonesia Lawyers
Club. Jakarta Lawyers Club, yang sekarang telah berganti nama menjadi Indonesia Lawyers Club adalah talkshow berbau politik dan sosial
kemasyarakatan yang selalu menghadirkannarasumber-narasumber terkait masalah yang dibahas. Saat ini, Indonesia
Lawyers Club adalah program TV panjang terfavorit saya. Kenapa saya menyukai
program ini? Berikut alasan-alasannya:
1.This
a straight social-politic talkshow...
Maksud saya, coba
lihat setting tempatnya. Bukan diadakan di studio, tetapi diadakan di room
sebuah hotel; dan di sana terdapat banyak meja bundar yang dihiasi dengan ciri
khas hotel tentunya, yang di masing-masing meja terdapat kumpulan audien/undangan yang
disuguhkan minuman ringan berwarna putih. Dan ketika kita melihat di televisi,
sepertinya acara ini dikhususkan untuk para orang tua atau bapak-bapak saja.
Tetapi sesungguhnya acara ini bukanlah acara berat yang butuh pemikiran berat;
hanya sedikit lebih berat daripada acara-acara TV pada umumnya, dan butuh
sedikit lebih banyak MINAT untuk menontonnya.
2.This
is some form of democracy manifestation...
Indonesia Lawyers
Club adalah sebuah debat terbuka. Di sini terdapat per-adu-an argument dan
pengungkapan sindiran-sindiran tajam terhadap lawan bicara, bahkan tuduhan
langsung pun dapat di unggkapkan. Di luar itu semua, acara ini dirancang untuk
memberikan kesempatan bagi masing-masing narasumber untuk mengungkapkan
keterangannya secara bergantian maupun cross-over (ber-silang pendapat). Dan
sebagai host, Karni Ilyas mampu memimpin secara demokratis.
3.Acara
ini sering mengundang Ruhut Sitompul,
dan orang-orang
unik lainnya. Maksud saya, anda tidak akan bosan. Jika bosan, silakan tonton
sinetron di televisi sebelah, atau bayangkan saja sebuah lampu disko bundar
muncul di tengah-tengah para tamu undangan sehingga mereka berjoget ria,
sehingga acara ini dinamakan Indonesia Lawyers Clubbing.
Baik, kemarin, Selasa 27 Maret 2012,
Indonesia Lawyers Club absen tayang. Setelah saya berpindah channel ke RCTI, dalam The Panasonic Award ke-15 Indonesia Lawyers Club masuk dalam nominasi
Program Talkshow Berita dan Informasi Terfavorit. Sayangnya, nominasi ini
dimenangkan oleh acara lain. Tetapi tidak apa-apa, karena prestasi tidak melulu
ditentukan oleh banyaknya apresiasi.
Lalu bagaimana dengan Karni
Ilyas? Ternyata saya jadi tahu lebih banyak tentang beliau. Beliau
sedang tersenyum lebar di sebuah kursi bersebelahan dengan sang istri dan
seorang politisi. Saya rasa ini menjadi simbol bahwa beliau tidak dapat
memisahkan antar pekerjaan dan keluarga karena keduanya adalah hal penting bagi
beliau. Ini masuk akal karena dalam The Panasonic Award kemarin, Karni Ilyas
mendapatkan Lifetime Achivement Award!
Sukarni Ilyas telah berkarya di
jurnalistik sejak umur belasan. Beliau pernah berada di redaksi koran dan
majalah, serta di belakang layar di beberapa TV swasta sebelum TVOne.
CONGRATULATION. A natural born journalist
seperti anda sangat pantas mendapatkan penghargaan tersebut, Pak Karni. Seharusnya
anda goes pop sejak lama, Mr. Karni. Tapi tidak, mungkin karena anda adalah a
real journalist. Atau memang inilah saatnya?
Beberapa hari
yang lalu saya berhasil menciptakan sebuah film. Yah…secara teknis, saya memang
sutradaranya. Pengarang ceritanya juga saya. Namun saya belum yakin ada yang
mau memproduserinya.
Tetapi, terlebih
dahulu, ada satu informasi aneh yang harus saya beritahu, dan saya harap, anda
bisa mempercayai saya.
Ya, saya
benar-benar membuat sebuah film. SAYA MEMBUAT FILM DI DALAM MIMPI SAYA.
Yes, this is
real. And that was real, ketika pada malam itu saya tertidur pada sekitar jam
10.30, dan kemudian terbangun pada sekitar 12.30 dini hari, saya secara tak
sengaja (atau mungkin disengaja –saya kurang tahu pasti-) memimpikan sebuah
skenario film yang bergulir terus pada saat saya tidur selama sekitar 2 jam
tersebut! Saya tidak tahu ini apa. Saya belum pernah memimpikan sebuah film
sebelumnya.
TENTU SAJA saya
pernah bermimpi hal lain sebelumnya. Dan seperti yang kita ketahui, mimpi pun
mempunyai seting tempat, tokoh-tokoh, jangka waktu, bahkan dialog, yang
seperti sebuah film punyai. Tetapi itu bukan film. Mimpi saya kali ini, saya
benar-benar tahu bahwa ini adalah sebuah film…
Memang tidak ada
dialog detail ataupun urutan scene yang terarah, dan seperti biasa, kita pasti
tidak bisa mengingat mimpi kita secara 100%, bukan? Tetapi saya akan mencoba
mengingat dan membuatkan rancangannya…….ataupun sinopsisnya (saya tak mungkin
merancang naskah film secara detail di blog ini, kan). So, check it out.
JUDUL: "Sang
Penjual Buku"
>> Dari
judulnya sudah jelas bahwa ini kisah tentang seorang penjual buku. Awalnya saya
mau memberi judul “Martir” atau “Martyrs” dalam bahasa Inggris -karena film ini
mengusung isu tentang bunuh diri yang berlandaskan agama-, namun saya enggan
meniru judul horor Prancis yang berjudul sama.
JENIS :
Psychology Thriller
>> Triller
psikologis adalah genre yang jarang ada di perfilman Indonesia. Tidak ada
horor di film saya ini. Yang ada hanyalah percakapan. Dengan setting di dua
atau tiga tempat, film ini sudah dapat di buat. Dalam mimpi saya, film ini
ber-setting utama di sebuah mesjid. Bisa jadi ada tambahan tempat dengan
beberapa flashback scene ditambah opening dan closing scene. Dalam pikiran
saya, film ini bernuansa tenang dan redup, seperti yang dibawakan oleh Hanung
Bramantyo dalam "Ayat-Ayat Cinta" (2008) dan "Doa Yang Mengancam" (2008). Tapi tolong hilangkan
muka Aming dari pikiran anda.
SINOPSIS SINGKAT : Seorang pria (saya belum
memperkirakan namanya siapa) dan anak laki-lakinya (kemungkinan bernama Nurdin)
berkunjung ke sebuah mesjid bermaksud untuk menjual buku-buku religi kepada
orang-orang di mesjid. Sebagai muslim yang baik, mereka melakukan kewajiban
agamanya terlebih dahulu di mesjid tersebut. Setelah itu baru mereka mulai
menjual buku dan menjalankan rencana mereka.
>> Memang simpel. Pemeran utamanya hanya 2
orang ditambah beberapa pemeran pembantu.
PLOT : Pertama,
sang pria dan sang anak akan beribadah dengan khusyuk , kemudian sang pria akan
banyak berdebat dengan orang-orang di mesjid, baik mengenai penafsiran agama,
sosiologi, politik. Beberapa orang akan mulai curiga terhadap mereka berdua.
Dalam keadaan terdesak, pria tersebut menjadi temperamental, keadaan mulai
sedikit kacau, dan ia mulai berpikir keras untuk menjalankan rencana mereka
untuk meledakkan mesjid tersebut.
>> Plot di atas tidak bertema terorisme. Ini hanya percakapan beberapa orang di mesjid. Akan ada persinggungan kepentingan dengan sang anak. Dan akan ada dialog keren seperti ini: "INGAT! Saya tidak perlu kau untuk membeli bukuku. Saya tidak perlu uangmu! I'm not that kind of moslem!"
PEMERAN UTAMA : Anang Hermansyah memerankan sang
ayah dan "Si Entong" memerankan sang anak.
>> Lukman
Sardi sudah pernah menjadi Kyai, jadi sekarang dia tidak mungkin memerankan
teroris. Pria berwajah standar lainnya, Reza Rahardian, sudah terlalu sering
tampil, jadi saya bosan. Anang Hermansyah, hmm saya tahu dia seorang penyanyi,
tapi saya tak dapat menemukan pria berwajah standar lainnya yang cukup akrab di
mata masyarakat; kalau dia bersedia berhenti menyanyi dan bersedia belajar
acting bersama saya (sang maestro), saya rasa dia mampu. Pemeran "Si Entong" (saya tidak
tau nama aslinya; bahkan saya tidak peduli) mempunyai wajah ordinary teenager
sekali, jadi dia cocok.
KESIMPULAN : This could be fun.
Naskahnya harus digarap dengan sangat serius karena isu agamanya sangat kental.
Sekali lagi, ini tidak bertema terrorism (karena sudah sangat
membosankan). Jadi, trailernya harus berisi potongan-potongan dialog yang bagus
saja.